"Tetaplah bersinar apapun yang terjadi, karena banyak sekali orang yang bahagia karena sinarmu...!!"

Minggu, 23 Juni 2013

Ke-Galau-an Pemilih Rantauan

Galau, mungkin kata itu pantas disematkan kepada saya yang merupakan salah satu pemilih yang terdaftar dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan yang dilaksanakan serentak pada tanggal 6 Juni 2013 di seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Pasalnya, saya yang merupakan mahasiswa perantauan dari Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) yang menuntut ilmu di Kabupaten Ogan Ilir (OI) tidak dapat “Pulang Kampung” untuk ikut serta dalam pencoblosan PILKADA karena harus mengurus tugas akhir (mahasiswa tingkat akhir).
Sebelumnya pada tanggal 5 Juni 2013 saya mencoba bertanya pada beberapa teman-teman dan tetangga yang merupakan bagian dari petugas pemungutan suara (PPS) di beberapa desa di Kecamatan Indralaya Utara tentang keikut-sertaan saya pada PEMILUKADA, apakah saya yang merupakan perantauan namun berasal dari daerah lain dalam Provinsi Sumsel bisa melakukan pemilihan di Ogan Ilir. Beberapa teman mengatakan boleh, asal membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK), dan beberapa teman lain mengatakan tidak tahu dan menyuruh coba datang saja langsung ke TPS pada tanggal 6 Juni.
Sesampai di kos-kosan, saya menyalakan televisi dan membuka chanel TVRI Sumsel Babel dan kebetulan tengah membahas mengenai PEMILUKADA dengan menghadirkan narasumber Ketua KPU Sumsel dan juga membuka diskusi interaktif via telepon dan sms. Saya mencoba menghubungi nomor yang tertera via telepon namun setelah beberapa kali mencoba tak ada satupun yang bisa terhubung. Lalu kemudian ada salah satu penelpon yang masuk dan ditayangkan di televisi menanyakan hampir seperti yang ingin saya tanyakan mengenai keikutsertaan dalam PEMILUKADA. Lalu Ibu Ketua KPU menjawab bahwa pemilih yang ingin bepergian, boleh memilih di daerah lain di Provinsi Sumsel asal membawa formulir C-8 yang bentuknya saya pun tidak tahu. Saya yang kurang puas kembali mencoba menghubungi via telepon dan sms namun tak ada satu pun yang masuk dan direspon. Akhirnya saya pun berniat untuk langsung datang ke TPS yang ada di dekat kos-kosan saya keesokan harinya.
Tanggal 6 Juni 2013, dengan penuh semangat dan harapan untuk dapat turut serta dalam “Pesta Demokrasi Rakyat Sumsel” saya datang ke TPS 015 Gang Lampung. Saya kemudian bertanya kepada petugas yang ada disana apakah saya mahasiswa dari daerah lain boleh mencoblos, lalu petugas tersebut menanyakan apakah saya punya undangan dan kartu pilih, saya menjawab punya tapi ada di rumah orang tua saya di OKU Timur, lalu bapak tersebut meminta untuk melihat KTP saya, kemudian saya keluarkan KTP dan E-KTP saya yang berdomisili di OKU Timur, lalu beliau menanyakan kembali apakah saya punya formulir C-8, saya menjawab tidak punya, karena tidak sempat untuk pulang ke OKU Timur untuk mengurusnya. Kemudian para petugas bermusyawarah dan lalu mengatakan pada saya bahwa saya tidak bisa memilih dan disarankan untuk memilih di TPS masing-masing atau lebih tepatnya kembali ke OKU Timur untuk sekedar mencoblos.
Tak berhenti sampai disitu, saya lalu menuju ke kosan salah satu teman saya yang juga mahasiswa perantauan dari Kota Lubuk Linggau, dan dengan asa yang besar kami berangkat menuju TPS Muhajirin, dan tak jauh berbeda, kami pun tidak diperbolehkan untuk memilih dengan alasan harus punya KTP yang berdomisili di Ogan Ilir. Akhirnya saya pun pasrah, karena memang sudah ada ketentuannya yang ditetapkan oleh KPU Sumsel. Saya pun sadar, itu dilakukan untuk kebaikan, untuk menghindarkan dari tindakan kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.
Akhirnya, untuk pertama kalinya saya termasuk ke Golongan Putih alias Golput, dan rasanya agak sedikit kecewa tidak dapat turut serta dalam “Pesta Demokrasi Rakyat Sumatera Selatan”. Meski demikian, saya tetap berharap semoga pasangan calon yang ingin saya pilih menang dalam PEMILUKADA ini, jika pun kalah, semoga pasangan yang terpilih mampu mengemban amanah rakyat dan membangun Sumatera Selatan yang BARU dan UNGGUL serta bermasadepan yang CERAH dan GEMILANG.

Lukisan Pelangi Sang Kapten

Dunia Bahagia Akhirat Syurga, sebuah kata motivasi yang singkat namun sangat bermakna bagiku, kata-kata yang terangkai indah yang ingin selalu ku tanamkan di dalam jiwaku. Jiwa yang penuh semangat dan InsyaAllah akan terus bersemangat bersama ayunan tangan menggoreskan sebuah lukisan pelangi. Pelangi kehidupan penuh makna, Pelangi kehidupan yang penuh cerita, Pelangi kehidupan yang mebawa kepada kebahagiaan. Suka, duka, sedih, galau, bahagia senang, ceria, kebersamaan, kesendirian, dan semangat terangkum bak pelangi, Lukisan Pelangi.
24 April 2011 kurang lebih pukul 05.15 WIB handphone (HP) ku berbunyi, aku yang ketika itu baru sampai di kos setelah menunaikan sholat subuh di masjid dekat kos segera meraih HP dan mengangkat telpon yang ternyata dari kak Eko Hepronis, Ketua Umum WAKI FISIP Unsri saat itu, beliau mengatakan agar lebih pagi berangkat menuju lokasi Acara dan mampir terlebih dahulu ke kosan beliau.
WAKI? Acara? ya, WAKI atau kepanjangannya Wahana Kerohanian Islam adalah nama dari Lembaga Dakwah tingkat Fakultas yang berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sriwijaya. hari itu ada acara penting bagi WAKI pun acara yang merupakan sebuah sejarah bagi ku. hari itu Syuro’ Akbar (SA) WAKI atau nama lain dari Musyawarah Besar untuk memilih Ketua Umum WAKI berikutnya.
Singkat cerita, aku dan kak Eko sudah berada di lokasi acara yaitu Aula Panti Sosial Dharmapala Indralaya, Ogan Ilir. Disana baru kami berdua yang sampai. Lalu kami menyiapkan hal-hal yang perlu disiapkan, salah satunya memasang spanduk (SA).
Beberapa jam berselang acara pun dimulai. Acara yang dikemas bak Sidang Paripurna DPR yang berjalan begitu alot, menimbulkan perdebatan-perdebatan yang cukup panas namun tetap di akhir setiap perdebatan diberi sebuah pemahaman dan pembelajaran dari kakak-kakak senior yang hadir dalam acara tersebut. Hingga akhirnya tibalah acara puncak yaitu pemilihan Ketua Umum WAKI periode 2011-2012. Dan tak pernah aku sangka, apalagi aku duga, ketika musyawarah para calon yang ditengahi oleh Ketua Umum dan Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) menyebutkan namaku sebagai Ketua Umum.
Aku sungguh tak menyangka, karna aku merasa siapa aku? Seberapa besar keimananku? Seberapa tinggi pemahamanku tentang Agama? Seberapa rajin aku sholat? Seberapa banyak hafalan Ayat Al-Qur’an? Sungguh memalukan jika ku sebutkan, sungguh begitu miris jika ku katakan. Namun, sepotong ayat yang ku ingat, yang pernah dikatakan oleh Guru Agama Islamku ketika SMP adalah “Laa yukallifullohu nafsan illa wusaha...” “Allah tidak akan menguji manusia diluar batas kemampuannya..”
Tiga hari aku menjadi mash’ul aku diberi sebuah Tim, Tim yang akan membantuku untuk merumuskan kebijakan, pun untuk menggawangi WAKI selama kepengurusanku. Bersama Tim inilah aku merasa tak sendiri dalam menjalankan amanah ini, bersama tim ini juga aku berjalan melukiskan pelangi kehidupan sang mash’ul.
Satu minggu aku bersama rekan-rekan timku berhasil merumuskan Visi, Misi, dan Struktur Pengurusan WAKI. Selama seminggu itupun aku mulai belajar untuk menjadi seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin. Pemimpin yang tak hanya soal memimpin, namun pemimpin yang Ruhiyahnya pun mampu untuk diteladani jundi-jundinya.
Setelah dilantik, mulailah aku melukis pelangi, pelangi kehidupan yang berwarna dan penuh arti serta pembelajaran. Beberapa hari kemudian kami berkunjung ke Dekan FISIP Unsri, disanalah pengalaman pertamaku memimpin rekan-rekan pengurus untuk berhadapan langsung dengan orang Nomor 1 di FISIP Unsri. Gugup, gemetar, keringat dingin, ucapan yang terbata-bata mewarnai pertemuan itu, beruntung Ibu Dekan pun bisa untuk memakluminya, justru membimbing dan memberikan masukan untuk jalannya WAKI kedepan, serta Ibu dekan pun bersedia mendukung seluruh agenda dan acara WAKI kedepan. Pertemuan itupun penuh canda tawa keakraban bak Ibu dan Anak-anaknya.
Ada lagi cerita indah yang tersirat di benak, ketika bersama rekan-rekan WAKI berkunjung Ke Panti Jompo Indralaya. Disana kami bertemu dengan kakek-kakek dan nenek-nenek yang dititipkan disana. Namun, aku sangat merasakan sesuatu yang memilukan ketika ku tahu ternyata ada yang beda antara penghuni panti tersebut, ada yang berada di tempat yang dibilang layak, namun ternyata ada juga yang berada ditempat yang kurang layak. Dan hatiku sangat terenyuh ketika melihat kakek-kakek dan nenek-nenek yang berada ditempat yang kurang layak. Aku tak kuasa untuk menahan tangis, namun aku tidak boleh memperlihatkan itu di hadapan rekan-rekan yang lain, aku keluar sejenak dari ruangan tersebut dan mengusap mataku yang sudah berkaca-kaca, setelah itu aku kembali bersama rekan-rekan yang lain untuk menghibur kakek-kakek dan nenek-nenek yang ada disitu yang ternyata sudah sangat lama tidak dibesuk atau dikunjungi oleh keluarga mereka. Meskipun dengan hati yang sedih, tapi aku berusaha untuk terus bercanda tawa bersama mereka dan rekan-rekan yang lain.
Cerita kunjungan/bakti sosial tak habis disitu, ada lagi cerita bakti sosial ke desa Tanjung Medang Kecamatan Gelumbang. Sebelum berangkat, dengan penuh semangat rekan-rekan WAKI mempersiapkan barang-barang yang sudah terkumpul yang akan disumbangkan ke masyarakat Desa Tanjung Medang. Meski harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dengan jalan yang mulus kemudian agak mulus, dan akhirnya jalan bebatuan, namun dengan penuh semangat kami tiba disana dan langsung berinteraksi bersama masyarakat Desa sekaligus membagikan sembako maupun pakaian layak pakai yang sudah terkumpul dari hasil sumbangan teman-teman WAKI maupun FISIP. Pengalama dari perjalanan, sambutan masyarakat yang begitu antusias dan hangat, hingga kesempatan untuk berbagi antar manusia mampu menambah coretan lukisan pelangi hidupku. 
Lukisan pelangi tak hanya tercipta dari kunjungan dan bakti sosial saja, namun juga pada agenda-agenda acara WAKI lainnya. Lukisan pelangi pun tercipta ketika berbagi kekompakan, semangat, dan usaha untuk mengoptimalkan seluruh acara baik itu PHBI maupun acara yang sifatnya event-event lainnya.
Menjadi Kapten (Mash’ul) WAKI mengantarkanku menuju sebuah kefahaman tentang arti sebuah tanggung jawab, arti sebuah amanah dakwah yang tentunya tak akan pernah ku dapatkan jika tidak berkecimpung langsung ke jalan ini. Dari WAKI ini juga aku mulai mampu menata kehidupanku yang dulu seolah tanpa arah dan hanya berpatokan kepada perkataan-perkataan orang tua saja, tanpa memahami terlebih dahulu semua yang mereka katakan dan ternyata memang benar sesungguhnya yang mereka katakan dan harapkan selama ini. Aku pun mulai punya targetan-targetan sendiri yang ku tuliskan semuanya dalam selembar “kertas impian” yang beberapa diantaranya sudah mulai ku centang atau coreti, salah satunya adalah harapan dan cita-citaku untuk keliling Indonesia diantaranya Yogyakarta, sebuah kota di Indonesia yang menjadi ikon Kota Pendidikan Indonesia. Beberapa bulan kemudian aku mendapat kesempatan untuk kesana dengan tujuan Sarasehan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) selama 3 hari. Hal yang tentunya sangat luar biasa ku rasakan, karena baru saja beberapa bulan yang lalu ku impikan, namun aku sudah mampu untuk mewujudkannya, dan tentunya atas Izin ALLAH SWT. Selama beberapa hari aku merasakan atmosfer kehidupan di Yogya, membuatku menambah impianku dan targetku di “Kertas impian”, yaitu melanjutkan Study di sana.
Hampir satu tahun aku melukis pelangi sebagai Kapten WAKI, tentu tidak semuanya memberi keindahan, tapi juga bercak-bercak tinta hitam pun terkadang memercik dan mengotori warna-warna indah sang pelangi, namun tentunya dalam hidup tak hanya cukup dengan warna-warna cerah, namun terkadang warna gelap pun perlu untuk semakin memperindah goresan indah sang pelangi, karena tentunya tak akan pernah ada terang tanpa adanya gelap.
7 April 2012, hari ini ayunan tanganku terhenti untuk melukis pelangi sang mash’ul, hari ini pukul 17.33 WIB aku dinyatakan syah didemisioner oleh presidium sidang dengan dua kali ketokan palu. Tentunya masih banyak lukisan pelangi-pelangi yang jika ku ceritakan secara rinci, tidak akan cukup terangkum dalam sebuah cerpen. Segala kisah yang tentunya takkan pernah ku lupakan. Kebersamaan, kekompakan, keegoisan, keotoriteran, kemarahan, senyuman, semangat, dan canda tawa ini yang menjadi pelangi di hatiku yang takkan pernah terhapus hanya dengan kegelapan malam, pelangi yang akan terus memancarkan warnanya di dalam hidupku.
Memang Pelangi Sang Kapten telah terhenti, namun pelangi baru telah menanti untuk di lukis, pelangi yang tentunya harus lebih indah dari yang sebelumnya, pelangi yang tetap harus menyinari WAKI meskipun sudah mantan dan terus mewarnai kehidupan-kehidupan baru yang akan lebih seru dan menantang. Karena ini bukan akhir, tapi kenaikan tingkat.
Terbersit sebuah lagu di benakku, lagu kanak-kanak tempo dulu.
Pelangi-pelangi alangkah indahmu
Merah, kuning, hijau dilangit yang biru
Pelukismu Agung siapa gerangan
Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan..
Lagu yang sekilas mungkin tak ada makna yang spesial, namun bila kita resapi tentunya sangat penuh dengan makna. Pelangi yang penuh warna-warni kehidupan. Pelangi yang diciptakan oleh Sang Maha Agung, ALLAH SWT untuk memberikan keindahan setelah mendung dan hujan.
“Robb, izinkan aku untuk terus melukiskan pelangi-pelangi kehidupan dijalan DakwahMU ini hingga akhir nanti, akhir dimana aku kelak menemuiMU..”

Globalisasi, Pemerintah, dan Peran Pemerintah dalam Konteks Pembangunan

Globalisasi akan mengakibatkan terjadinya keterkaitan antar bangsa dan persaingan antar bangsa. Keterkaitan dan persaingan tersebut secara konkrit diwujudkan dalam hubungan perdagangan. Oleh karena itu, hanya bangsa atau negara yang memiliki daya saing (produk dan SDM) tinggi dengan dukungan struktur usaha yang lincah, sistem kerja yang efisien, serta budaya korporasi yang berbasis pada jiwa kewirausahaan, yang akan mampu memanfaatkan peluang globalisasi seoptimal mungkin.

Mengenai perdagangan internasional ini, secara teoretis mengacu kepada pendapat Adam Smith dan David Ricardo.Smith dalam bukunya berjudul The Wealth of Nations: An Inquiry into The Nature and Causes (1766) mengemukakan perlunya keunggulan mutlak (absolute advantage) bagi suatu negara, sementara Ricardo justru menganjurkan perlunya keunggulan nisbi (comparative advantage). Kedua tokoh ini tergolong dalam mashab ekonomi klasik.

Konsep absolute advantage mengajarkan bahwa pada umumnya akan menguntungkan bagi suatu negara bila mengkhususkan diri (specialization) dalam produk yang dapat dihasilkan dengan biaya lebih murah daripada negara lain. Jadi jika setiap negara melakukan hal yang serupa, maka semuanya akan beruntung atau lebih beruntung dari pada jika mereka menghasilkan sendiri semua produk yang mereka perlukan.

Sementara konsep comparative advantage mengajarkan bahwa meskipun suatu negara mampu menghasilkan berbagai produk yang biayanya lebih murah dari pada negara lain, tetap masih lebih menguntungkan baginya jika negara tersebut mengkhususkan diri hanya pada produk-produk yang paling murah biayanya dibanding negara lain. Suatu negara hendaknya membiarkan negara lain menghasilkan produk yang perbedaan biayanya sedikit, sebab dengan demikian akan lebih banyak dana dan tenaga yang dapat dipusatkan pada produk yang paling efisien.

Menurut Paul Ormerod (1997: 61), hingga hari ini konsepcomparative advantage masih merupakan dasar perdagangan luar negeri. Konsep lanjutan dari konsep absolute advantage ini secara empirik berkembang seiring dengan perkembangan perekonomian Inggris berkat adanya penemuan-penemuan baru dibidang teknologi produksi dan industri. Kemajuan yang drastis dan dramatis tersebut mengakibatkan hampir semua barang dagangan waktu itu dapat dihasilkan oleh Inggris dengan biaya lebih murah (absolute advantage). Namun demikian, kenyataannya perdagangan dengan negara lain masih terus berlangsung. Hal ini disebabkan Inggris hanya mengkhususkan diri pada produk yang paling murah biaya pembuatannya, tidak hanya sekedar lebih murah dari biaya produk negara lain. Inilah inti dari prinsip comparative advantage.

Satu asumsi yang digarisbawahi dalam konsep Ricardo adalah bahwa teorinya hanya berlaku jika (assumption) dana dan tenaga yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tidak bebas mengalir dari suatu negara ke negara lain. Jika faktor modal dan tenaga kerja bebas keluar masuk antar negara, maka teori ini tidak berlaku. Dengan demikian, sesungguhnya Ricardo mendukung pembatasan peredaran modal (capital mobility) dan sangat menyesalkan kendornya pembatasan tersebut.

Sementara kondisi empiris kehidupan ekonomi dunia saat ini tidak memungkinkan suatu negara melakukan pembatasan-pembatasan atau proteksi, sebagai konsekuensi logis dari era globalisasi sebagaimana telah dijelaskan diatas. Dengan kata lain, pengandaian dalam teori Ricardo sudah tidak dapat lagi dipertahankan secara empirik. Ironisnya, para ekonom ortodoks masih tetap memuji perdagangan bebas dan pasar bebas sebagai suatu sistem baru yang akan menguntungkan semua negara.

Hal ini sangat bertentangan dengan pendapat Maurice Allais (dalam Ormerod, 1997: 23) – ekonom Perancis peraih Nobel ilmu ekonomi tahun 1988 – yang mengeluarkan pernyataan pada bulan Maret 1993 sebagai berikut:

“Tidak betul bahwa perdagangan bebas pasti menguntungkan semua pihak. Perdagangan bebas hanya akan menguntungkan dalam keadaan yang snagat khusus, yakni jika tingkat perekonomian pihak yang terlibat kurang lebih sama. Itulah sebabnya, Perjanjian Maastricht itu keliru. Politik Komisi Eropa mengenai perdagangan bebas mengandung bahaya“.

Pandangan Allais menggambarkan betapa tingginya resiko yang akan dihadapi oleh suatu negara yang terikat dalam suatu kerjasama ekonomi regional dan yang menghilangkan batasan-batasan tertentu dalam praktek perdagangannya. Jangankan secara global, untuk lingkup negara-negara Eropa Barat yang relatif maju saja, masih mengandung kekurangan-kekurangan. Inti dari permasalahan ini adalah adanya hubungan yang tidak simetris (asymmetric association) dalam praktek perdagangan antar bangsa yang bersangkutan. Akibatnya, terjadilah trade – gap antara antara negara maju (developed countries) dengan negara yang relatif lebih terbelakang (developing countries).

Sehubungan dengan adanya bahaya dari prinsip perdagangan bebas tersebut, maka negara-negara berkembang yang akan bergabung kedalam forum kerjasama ekonomi internasional harus benar-benar memiliki keunggulan absolut, dan tidak semata-mata keunggulan nisbi seperti yang dianjurkan oleh Ricardo. Atau dengan kata lain, perlu dicapai suatu keseimbangan struktural ekonomi antar negara sebagai prasyarat keberhasilan sistem perdagangan bebas.

Dengan demikian, sistem perdagangan bebas tidak muncul menjadi ancaman, namun merupakan peluang bagi seluruh negara di dunia untuk meningkatkan kinerja ekonominya sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ini dapat terealisasikan hanya apabila perdagangan bebas dapat menimbulkan tiga situasi utama, yakni:

o   Menghindarkan terjadinya X-inefficiency. Artinya, dalam alam kompetisi, pihak produsen akan didorong untuk melaksanakan proses produksi yang efisien (meminimumkan biaya produksi) sehingga harga yang dibebankan kepada pihak konsumen menjadi relatif murah.
o  Menghindarkan ketidakstabilan ekonomi makro yang menjurus kepada timbulnya stop-go macroeconomic cycles.
o   Mendorong berlangsungnya proses produksi dalam skala penuh dengan memperluas produksi untuk ekspor. Liberalisasi perdagangan diantisipasikan menimbulkan situasi yang berciri increasing returns to scale, sehingga dapat kompetitif dipasaran internasional (Sritua Arief, 1998: 149-150).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perdagangan bebas antar negara (international trade) dalam era globalisasi merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa ditolak, namun perlu disikapi dengan waspada dan hati-hati disertai dengan kesiapan sumber daya manusianya, baik dari kalangan aparatur dan pelaku ekonomi maupun lapisan masyarakat seluruhnya.

Dalam proses pembangunan, Negara lah yang memegang peran utama. Dari mulai melakukan proses perencanaan hingga implementasi perencanaan-perencanaan tersebut berupa program-program, dalam hal ini Negara menjadi aktor utama dalam pembangunan. Namun seiring dengan berjalannya proses globalisasi, telah memarginalkan peran negara dalam proses pembangunan yang pada akhirnya melahirkan pergeseran dalam paradigma pembangunan. Berbeda dengan paradigm sebelumnya, paradigm ini menyebutkan bahwa negara tidak dianggap sebagai pemeran utama dalam proses pembangunan, negara tidak ikut campur tangan dalam pasar karena hanya akan mendistorsi pasar dan membuat ekonomi tidak berjalan efektif dan efisien. 

            Negara tidak lagi dianggap sebagai kunci utama dalam proses pembangunan, beberapa pendukung paradigma ini mengatakan bahwa kegagalan pembangunan dinegara sedang berkembang karena terlalu banyak campur tangan negara dalam pembangunan.

Pembangunan hanya menyisakan kesenjangan pendapatan di banyak Negara berkembang. Kesenjangan yang terjadi antara yang kaya dan yang miskin semakin lebar di negara-negara sedang berkembang, sementara di sisi yang lain kesenjangan antara negara-negara kaya dengan negara miskin pun semakin lebar. Negara-negara Dunia Ketiga hanya dibuat semakin tergantung pada negara-negara Dunia Pertama akibat pembangunan yang dilakukan selama puluhan tahun. Pembangunan yang seharusnya mendorong kemandirian, tetapi pada kenyataannya malah menyisakan ketergantungan yang semakin parah. Akibatnya, meskipun pembangunan sudah dilakukan puluhan tahun, negara-negara tersebut belum beranjak dari kategori negara berkembang dan negara kurang berkembang (kecuali beberapa negara di Asia Timur) menjadi Negara maju.

Penyebab kegagalan pembangunan di negara-negara berkembang akibat dari rezim yang korup di negara-negara berkembang tersebut. Akibatnya sumber-sumber langka yang seharusnya dapat digunakan untuk pembangunan menjadi tidak dieksplorasi secara efektif. Negara-negara berkembang gagal karena memang negara-negara tersebut mengalami kendala struktural. Masing-masing negara berkembang pada dasarnya mengambil kebijakan yang berbeda-beda dalam strategi pembangunan Negara  mereka. Beberapa negara berkembang mengambil kebijakan sosialis dengan menekankan pemerataan sebelum akhirnya mengejar pertumbuhan. Sementara negara-negara lain mengambil kebijakan berbeda dengan mengejar pertumbuhan terlebih dahulu baru pemerataan. Beberapa negara berkembang yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi (seperti Indonesia) lebih menekankan pada strategi subtitusi impor, baru kemudian mengembangkan industri berorientasi ekspor. Negara menjadi salah satu aktor dominan dalam pembangunan ekonomi.

Negara-negara yang sedang melakukan pembangunan ini menentukan tujuan-tujuan nasional yaitu: peningkatan pendapatan perkapita, mempermudah pertumbuhan ekonomi mandiri secara berkesinambungan, dan memajukan kemakmuran rakyat secara bersama-sama. Kebijakan negara dalam hal keuangan sebenarnya di tunjukkan untuk menyelesaikan masalah inflasi, yang berkembang menjadi penyakit kronis pada sebagian besar Negara.

Ada tiga alasan yang mendasari campur tangan pemerintah dalam pembangunan, yakni: kegagalan pasar, memobilisasi sumber dan dalam rangka alokasi sumber-sumber tersebut dan argumentasi atittude/sikap atau psikologis. Negaralah satu-satunya lembaga yang mempunyai kekuasaan otoritatif untuk mengalokasikan sumber-sumber bantuan langka yang berguna untuk pembangunan. Tanpa campur tangan negara, besar kemunkinan akan mendorong terjadinya misalokasi sumber-sumber tersebut, dan ini akan membuat program pembangunan tidak berjalan efektif.

Bagaimanapun negara tetap menjadi aktor penting dalam proses pembangunan. Negaralah sebagai pelaku otoritatif yang dapat dipercaya untuk menjamin berlakunya pasar secara efektif. Negara merupakan satu-satunya institusi yang dapat berfungsi untuk menangkal krisi ekonomi yang dihadapi oleh negara dengan membatasi distorsi pasar dana meniadakan ketidakstabilan yang melekat dalam sistem ekonomi pasar. Peran negara dapat dikatakan sebagai “capitalist development state” yang berperan dalam menjaga agar kebebasan pasar dan tingkat integrasi ekonomi nasional dengan ekonomi internasional bersifat relatif, disesuaikan dengan situasi, kondisi dan tempat tertentu. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara bangsa di dunia era globalisasi sekarang ini akan sangat ditentukan oleh kemampuan negara tersebut di dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut.

Minggu, 29 Juli 2012

Istri Rasulullah

Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, “Abi ceritakan padaku tentang akhwat sejati?”

Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum.

Anakku…
Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya. Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari, keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.

Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.

Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.

Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.
“Lantas apa lagi Abi?” sahut putrinya.

Ketahuilah putriku… Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.

Dan ingatlah… Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauhmana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.Setelah itu sang anak kembali bertanya,

“Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?”

Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata,

“Pelajarilah mereka!”

Sang anakpun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Istri Rasulullah”.

Rabu, 18 Juli 2012

Segores Do'aku


Tetapkanlah Islam sebagai agamamu.
Tetapkanlah Allah sebagai Tuhanmu, dan tiada yg lain selain Dia.
Tetapkanlah Muhammad sebagai Nabi dan Rasulullah.
Tetapkanlah Al Qur`an sebagai kitab dan penuntunmu.
Ucap dua kalimah syahadat disetiap desah nafasmu.
Sembahyanglah lima waktu dalam hari harimu.
Berpuasalah sebulan dalam bulan Ramadhan.
Tunaikanlah haji ke Baitullah, Rumah Allah jikalau kau mampu.
Tunaikanlah zakat selagi kau mampu.
Jangan lupakan Infaq Shodaqoh dan menyantuni mereka yg tidak mampu.


Beriman selalu hanya kepada ALLAH SWT
Berimanlah bahwa Allah telah menciptakan Malaikat-malaikat
Berimanlah bahwa Allah telah menciptakan Kitab-kitab Al Qur`an dan kitab kitab sebelumnya
Berimanlah kepada nabi dan Rasul rasul
Yakinlah dan Berimanlah akan adanya Hari Kiamat
Yakinlah dan Berimanlah kepada Qada dan Qadar.



Hidupmu kelak akan lebih keras dan berat.
Lebih keras dan berat dari kehidupanmu sebelumnya.
Maka bekalkanlah dan perkuat keimanan dan ketaqwaan.
Agar kau selamat sampai ditujuan hidupmu kelak.



Ingatlah beberapa hal
Bahwa yang singkat itu WAKTU,
Yang dekat itu MATI,
Yang besar itu NAFSU,
Yang berat itu AMANAH,
Yang sulit itu IKHLAS,
Yang mudah itu BERBUAT DOSA,
Yang abadi itu AMAL KEBAJIKAN,
Yang akan di investigasi itu AMAL PERBUATAN,
Yang jauh itu MASA LALU.
Persiapkanlah dirimu untuk semua hal itu.


hiduplah demi akhiratmu
karena itu yang akan abadi kekal selamanya
janganlah kau hidup demi duniamu
karena itu hanya semu dan bakal termakan waktu,


Do'aku selalu menyertaimu.
Semoga Allah selalu membimbingmu.
Semoga Allah selalu meridhoimu.
Semoga Allah selalu mendampingimu.
Dalam setiap langkahmu, doamu dan dalam semua kehidupanmu.


Barokallah..


19 Tahun di Tanggal 19

Selasa, 26 Juni 2012

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.
Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.
Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri. Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka”, ucapnya lirih.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang.
Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma’siat menggodamu dan engkau meni’matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?

Ya ALLAH, kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan cinta kepada segala yang akan mendekatkan kami kepada cinta-Mu.

Jumat, 01 Juni 2012

Cinta Ikhwan Sesungguhnya

Ukhtina….bila aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah Azza Wa Jalla namun tanpa malu mendekatimu,apa kau tidak merasa takut terjerat padaku..???

Bila aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah namun tanpa malu dengan genit menggodamu, apa kau tidak merasa risih pada kegenitanku..???

Bila aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah Azza Wa Jalla namun tanpa segan merayumu, apakah kau terbuai oleh bujuk rayuku..???

Bila aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah Azza Wa Jalla namun tak bisa menjaga izzah ketika berdekatan denganmu, apakah kau tidak bisa menolakku dengan perisai malumu..???

Bila aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah Azza Wa Jalla namun tanpa merasa berdosa berani menyentuhmu, apakah kau tidak takut Allah Azza Wa Jalla murka padamu, masihkah kau percaya pada ucapanku..?

tak curigakah kau padaku..?

Tak inginkah kau menjauhiku..??? atau karena kau telah terjebak ke dalam jurang cinta nafsu, sehingga kau tak mampu menolakku meski kau tau semua ucapanku "Mencintaimu Karena Allah" adalah palsu.

Ketahuilah ukhtina…

Bila aku seorang ikhwan sejati Yang mencintaimu karena Allah Azza Wa Jalla.. Aku tidak akan berani menyentuhmu, bahkan hatimu sekalipun… Karena aku malu pada Allah Azza Wa Jalla jika bayanganku mengacaukan kekhusuk’an ibadahmu…

Bila aku seorang ikhwan sejati yang mencintaimu karena Allah Azza Wa Jalla, aku tidak akan pernah berani merayumu, menggodamu, bahkan dengan bebas tanpa batas berinteraksi denganmu.. Karena kau belumlah halal bagiku. Aku malu jika harus membuatmu lebih banyak mengingatku dari pada mengingat-Nya. Aku malu jika harus menjadi seseorang yang membuat-Nya cemburu padamu karena kau rela melanggar larangan-larangan-Nya karena cintamu padaku.

Bila aku seorang Ikhwan sejati yang mencintaimu karena Allah Azza Wa Jalla.aku tidak akan khawatir tidak dapat memilikimu karena tak mengungkapkan cintaku padamu sekarang meski saat ini aku begitu mengagumimu dan menginginkanmu menjadi bidadariku. Karena aku yakin jika engkau memang di takdirkan untukku, engkau pasti akan menjadi milikku meski aku tak mengikatmu.. Bukankah jika Allah Azza Wa Jalla tidak mentakdirkan kita bersama di ikatpun pasti akan terlepas juga akhirnya..???

Jadi untuk apa aku risau..???

Ukhtina…Sadarlah… bila aku seorang Ikhwan yang benar-benar mencintaimu karena Allah Azza Wa Jalla, aku hanya akan berani merayumu, menggodamu, dan menyentuhmu setelah engkau telah halal bagiku.


^_^.